by : firstiawan gunawan on JULI,07, 2013
World War Z (2013)
Directed by Marc Forster Produced by Ian Bryce, Dede Gardner, Jeremy Kleiner, Brad Pitt Written by Matthew Michael Carnahan, Drew Goddard, Damon Lindelof (screenplay), Matthew Michael Carnahan, J. Michael Straczynski (story) Max Brooks (novel, World War Z: An Oral History of the Zombie War) Starring Brad Pitt, Mireille Enos, Fana Mokoena, Daniella Kertesz, James Badge Dale, David Morse, Ludi Boeken, Abigail Hargrove, Sterling Jerins, Fabrizio Zacharee Guidoas, Matthew Fox, Peter Capaldi, Pierfrancesco Favino, Ruth Negga, Moritz Bleibtreu, Ernesto Cantu, David Andrews, Elyes Gabel, Lucy Aharish, Julia Levy-Boeken Music by Marco Beltrami Cinematography Ben Seresin Editing by Roger Barton, Matt Chesse Studio Plan B Entertainment/Apparatus Productions/GK Films/Hemisphere Media Capital/Latina Pictures/Paramount Pictures/Skydance Productions Running time 116 minutes Country United Sta
Proses untuk membawa World War Z, yang merupakan hasil adaptasi dari novel karya Max Brooks yang berjudul World War Z: An Oral History of the Zombie War,
dimulai pada tahun 2007 ketika rumah produksi milik Brad Pitt, Plan B
Entertainment, membeli hak adaptasi novel tersebut. Digambarkan sebagai
sebuah film thriller dengan muatan drama sosial politis yang cenderung padat, berbagai masalah mulai menghampiri proses produksi World War Z,
mulai dari naskah cerita yang mengalami penulisan ulang beberapa kali,
konflik yang terjadi antara Brad Pitt dengan sutradara film ini, Marc
Forster (Machine Gun Preacher, 2011), hingga ketidakpuasan atas hasil akhir yang membuat World War Z harus
melalui proses pengambilan gambar ulang untuk beberapa adegan yang
berujung pada pengunduran masa tayang film ini yang awalnya dijadwalkan
pada akhir 2012 menjadi pertengahan tahun 2013. Messy.
Meskipun begitu, apapun permasalahan yang dilalui oleh World War Z selama proses produksinya, jelas seharusnya tidak memberikan pengaruh pada kualitas akhir yang ditampilkan oleh film ini. Well… dengan dukungan penampilan Brad Pitt serta kualitas tata produksi yang cukup kuat, World War Z
mampu menghadirkan menit-menit yang cukup menegangkan kepada para
penontonnya. Terlepas dari keberhasilan tersebut, tidak dapat disangkal,
pada banyak bagian penceritaannya, World War Z terasa hadir
layaknya sebuah permainan video dengan potongan-potongan kisah
perjalanan seorang karakter yang kemudian berusaha untuk disatukan…
namun sayangnya sama sekali tidak pernah benar-benar mampu untuk tampil
meyakinkan karena alur cerita yang tampil terlalu monoton serta deretan
karakter yang hadir dengan penggalian yang begitu datar sekaligus lemah
untuk membuat penonton benar-benar merasa peduli dengan keberadaan
mereka di dalam jalan cerita.
Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Matthew Michael Carnahan, Drew Goddard dan Damon Lindelof, World War Z
berkisah mengenai seorang mantan pegawai Persatuan Bangsa-Bangsa, Gerry
Lane (Brad Pitt), yang harus merelakan dirinya berpisah dari istri,
Karin (Mireille Enos), dan kedua puterinya, Rachel (Abigail Hargrove)
dan Constance (Sterling Jerins), ketika ia dipanggil lagi oleh
organisasi tersebut untuk membantu mereka dalam menangani sebuah pandemi
virus yang secara cepat menyebar dan mengubah populasi manusia menjadi
sekumpulan mayat hidup. Berpacu dengan waktu, Gerry memulai
perjalanannya mengelilingi dunia untuk mengumpulkan berbagai petunjuk
mengenai awal keberadaan virus sebelum virus tersebut akhirnya tidak
dapat dikalahkan dan turut merenggut nyawa seluruh umat manusia yang ada
di muka Bumi.
World War Z sebenarnya dimulai
dengan penceritaan yang sangat kuat. Dibuka dengan penuh kehangatan
melalui gambaran harmonisnya sebuah tatanan keluarga yang dibentuk oleh
karakter Gerry dan istrinya, World War Z kemudian secara cepat
berubah menjadi serangkaian mimpi buruk ketika sekumpulan manusia yang
telah terinfeksi virus dan berubah menjadi mayat hidup mulai mengisi
alur cerita. Dengan dukungan tata sinematografi arahan Ben Seresin dan
tata musik karya Marco Beltrami – yang sepertinya mengadaptasi suara
familiar yang biasa dihasilkan Hans Zimmer – dengan bantuan komposisi
musik dari band asal Inggris, Muse, Marc Forster berhasil menyusun
adegan pembukaan World War Z tampil begitu menegangkan meskipun
sama sekali tidak pernah berusaha mengeksploitasi kehadiran darah dan
potongan anggota tubuh manusia dalam adegan-adegannya.
Alur penceritaan World War Z
terasa stagnan dan berjalan monoton ketika karakter Gerry Lane
dikisahkan memulai perjalanan keliling dunianya dalam mengumpulkan
berbagai bukti mengenai awal keberadaan virus pembunuh tersebut. Dimulai
dari Korea Selatan, Israel hingga Wales, perjalanan karakter Gerry
dihadirkan dengan pola yang sama: menjumpai beberapa karakter yang
dianggap dapat membantu penyelidikannya sebelum akhirnya pergi
terburu-buru dari tempat tersebut ketika kawanan mayat hidup kembali
menyerangnya. Tidak sepenuhnya buruk. Namun perpindahan dari satu lokasi
cerita ke cerita lainnya terasa seperti pengulangan bagian cerita tanpa
pernah mampu menghadirkannya dengan penggalian yang kuat serta
karakter-karakter yang dapat membuat petualangan tersebut menjadi lebih
dramatis. Kehadiran ending penceritaan yang terasa berakhir begitu saja juga semakin membuat naskah cerita World War Z
terasa gagal untuk mengembangkan potensi yang sebenarnya mampu membuat
film ini berada di kelas yang berbeda jika dibandingkan dengan film-film
sejenis.
Kelemahan World War Z lainnya
terletak pada dangkalnya fungsi kebanyakan karakter yang hadir dalam
presentasi cerita film ini. Untuk sebuah jalan penceritaan yang berusaha
untuk menghadirkan tragedi serbuan mayat hidup sebagai sebuah realita, World War Z
terasa terlalu mengagungkan karakter utamanya, Gerry Lane, dan
menjadikannya sebagai satu karakter pahlawan super yang sama sekali
tidak memiliki kelemahan. Untuk alasan yang sama pula, karakter-karakter
pendukung yang berada di sekitar karakter utama sama sekali tidak
pernah diberikan porsi penceritaan yang memadai atau bahkan terasa
berguna kehadirannya di dalam jalan cerita – tidak karakter-karakter
rekan kerjanya, orang-orang yang ia temui dalam perjalanan dan bahkan
karakter-karakter keluarga yang digambarkan begitu ia perhatian mampu
diberikan koneksi penceritaan yang kuat. Hal ini yang membuat banyak
penampilan dari para pengisi departemen akting World War Z yang
sebenarnya begitu berkualitas tetap gagal untuk membuat penonton merasa
benar-benar peduli dengan keberadaan mereka. Penonton hanya disuguhkan
deretan adegan menegangkan tentang usaha karakter Gerry Lane menghindari
serbuan kumpulan mayat hidup tanpa pernah benar-benar merasa terhubung
secara emosional dengan dirinya.
World War Z jelas jauh dari kesan
buruk. Keberadaan nama-nama Matthew Michael Carnahan, Drew Goddard dan
Damon Lindelof dibelakang penulisan naskah World War Z jelas telah memberikan pengaruh kuat pada tingkat kecerdasan film – yang membuatnya terasa bagaikan paduan Contagion (2012) dan versi global dari penceritaan 28 Days Later…
(2002). Arahan Marc Forster juga mampu menjadikan film ini tampil cukup
berbeda dari kebanyakan film-film sejenis, baik dari segi tampilan
visual maupun pendekatan ceritanya. Walaupun begitu, dari perkembangan
kecerdasan yang berada di garisan penceritaan, World War Z justru
seperti melupakan kehadiran sisi emosional yang membuat film ini terasa
menegangkan pada banyak adegannya namun sama sekali tidak pernah mampu
membuat penontonnya terlibat secara emosional kepada jalan cerita yang
sedang mereka ikuti. Masih layak untuk disaksikan walau jelas terasa
kurang mendapatkan pendalaman kisah yang lebih kuat.
World War Z (2013)
Directed by Marc Forster Produced by Ian Bryce, Dede Gardner, Jeremy Kleiner, Brad Pitt Written by Matthew Michael Carnahan, Drew Goddard, Damon Lindelof (screenplay), Matthew Michael Carnahan, J. Michael Straczynski (story) Max Brooks (novel, World War Z: An Oral History of the Zombie War) Starring Brad Pitt, Mireille Enos, Fana Mokoena, Daniella Kertesz, James Badge Dale, David Morse, Ludi Boeken, Abigail Hargrove, Sterling Jerins, Fabrizio Zacharee Guidoas, Matthew Fox, Peter Capaldi, Pierfrancesco Favino, Ruth Negga, Moritz Bleibtreu, Ernesto Cantu, David Andrews, Elyes Gabel, Lucy Aharish, Julia Levy-Boeken Music by Marco Beltrami Cinematography Ben Seresin Editing by Roger Barton, Matt Chesse Studio Plan B Entertainment/Apparatus Productions/GK Films/Hemisphere Media Capital/Latina Pictures/Paramount Pictures/Skydance Productions Running time 116 minutes Country United Sta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar