by : firstiawan gunawan on JU;LI,07, 2013
Setelah Rudi Soedjarwo (Kambing Jantan, 2009) dan Fajar Nugros (Cinta Brontosaurus,
2013), kini giliran Salman Aristo yang mencoba untuk mengeksekusi
tatanan kisah komedi yang ditulis oleh Raditya Dika. Berbeda dengan
kedua film sebelumnya, Cinta dalam Kardus bukanlah sebuah film
yang diadaptasi dari buku karya Raditya Dika – meskipun masih tetap
memperbincangkan deretan problematika cinta yang dihadapi oleh sang
karakter utamanya. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Raditya Dika
bersama dengan Salman Aristo – yang sebelumnya juga pernah bekerjasama
dalam menuliskan naskah cerita Kambing Jantan, Cinta dalam Kardus
berusaha menghadirkan sebuah sajian komedi eksperimental dimana sang
karakter utamanya secara konstan berbicara kepada penonton melalui
kamera sembari terus menggulirkan kisah-kisahnya. Jelas bukan sebuah
penuturan komedi yang biasa untuk penonton Indonesia, namun harus
diakui, mampu tergarap baik di tangan Salman Aristo dan Raditya Dika.
Menggunakan karakter-karakter yang sebelumnya telah hadir dalam serial televisi komedi karya Raditya Dika, Malam Minggu Miko, Cinta Dalam Kardus
memulai kisahnya dengan kegalauan hati yang dialami oleh seorang pemuda
bernama Miko (Raditya Dika) akibat hubungan asmaranya yang sedang
bermasalah dengan Putri (Anizabella Lesmana). Walaupun sang sahabat,
Rian (Ryan Adriandhy), telah melarangnya, namun Miko kemudian memutuskan
untuk mencoba tampil dalam sebuah pagelaran standup comedy di
sebuah kafe guna melupakan segala kegalauan hatinya. Keputusan buruk.
Daripada mampu menghibur penonton dengan deretan guyonan yang telah ia
siapkan, Miko justru bercerita tentang gadis-gadis yang dahulu pernah
dekat dengannya dan barang-barang peninggalannya kini ia simpan dalam
sebuah kardus. Namun, di saat yang bersamaan, Miko secara perlahan mulai
belajar mengenai berbagai arti cinta yang selama ini bertentangan
dengan kepercayaannya.
Gaya komedi Raditya Dika memang harus
diakui berbeda dengan gaya komedi yang populer bagi penonton Indonesia –
gaya komedi yang seringkali memanfaatkan kelemahan fisik orang lain,
menggunakan kekerasan dan mewarnainya dengan tampilan gadis-gadis cantik
berpakaian minim. Komedi a la Raditya Dika, seperti yang sering
diungkapkannya, dipengaruhi secara cukup signifikan oleh tatanan komedi
yang sering dihantarkan oleh Woody Allen: menggunakan dialog-dialog unik
dan terdengar nyeleneh, penuh dengan referensi pop culture
yang kental, karakter utama yang terkesan canggung namun tetap
mengandalkan linimasa penceritaan beratmosfer romansa yang begitu kuat. Cinta Brontosaurus
juga berusaha menghadirkan atmosfer komedi Woody Allen tersebut – namun
gagal akibat eksekusi naskah cerita yang terlalu dangkal. Dengan
bantuan Salman Aristo, Raditya Dika mampu mengeksplorasi lebih dalam
naskah cerita yang ia tulis dan sebenarnya masih berbicara di wilayah
penceritaan yang sama sehingga menjadi sebuah presentasi yang
benar-benar cerdas sekaligus menghibur.
Keberhasilan paling utama dari Cinta dalam Kardus
adalah bagaimana film ini mampu membawa para penontonnya pada
perjalanan hati sang karakter utama – yang pada awalnya terkesan begitu
sinis terhadap cinta namun secara perlahan mulai mengubah pandangannya
akibat berbagai temuan dan interaksi yang ia jalin di sepanjang
penampilannya. Keberhasilan tersebut jelas berhasil tercapai akibat
kecerdasan Raditya Dika dan Salman Aristo dalam menggarap setiap
karakter yang hadir dalam jalan penceritaan film ini. Karakter Miko yang
terkesan datar di awal film, secara perlahan mulai terisi
karakterisasinya dengan baik berkat dukungan kehadiran karakter-karakter
lain yang berinteraksi dengannya. Potongan-potongan kisah asmara gagal
Miko yang ditampilkan juga tidak hanya mampu menghadirkan sajian komedi
yang lugas, namun juga menjadi sarana penggalian sekaligus pendalaman
mengenai siapa karakter Miko yang sesungguhnya.
Eksperimen yang dilakukan oleh Raditya
Dika dan Salman Aristo sendiri tidak hanya berhenti dari cara mereka
menghadirkan jalan cerita Cinta dalam Kardus. Secara cerdas,
keduanya lantas juga menjadikan kardus sebagai bagian penting dari film –
dengan menggunakannya sebagai pembentuk properti yang ditampilkan dalam
berbagai adegan percintaan di masa lalu milik karakter Miko. Aliran
emosi juga semakin mampu tereksplorasi dengan baik berkat kehadiran tata
musik arahan Andhika Triyadi – yang harus diakui selalu terdengar
cemerlang dalam menggarap film-film bernuansa romansa. Sebuah sajian
lagu berjudul You and I milik Endah N Rhesa yang tampil di
pertengahan cerita juga menjadi sebuah titik tinggi sendiri dalam
aliran emosional dari jalan cerita Cinta dalam Kardus.
Meskipun kali ini menggunakan nama Miko,
Raditya Dika sendiri masih hadir dalam karakter yang serupa dengan dua
film yang pernah ia perankan sebelumnya. Bukan sebuah masalah besar,
khususnya mengingat bahwa jalan cerita Cinta dalam Kardus mampu
memanfaatkan kecanggungan yang selalu ada dalam setiap karakter yang
diperankan oleh Raditya Dika secara maksimal. Karakter-karakter
pendukung yang hadir harus diakui memang tidak mendapatkan porsi
penceritaan yang dapat membuat setiap pemerannya mampu menampilkan
penampilan akting yang mendalam. Pun begitu, nama-nama seperti
Anizabella Lesmana, Dahlia Poland, Fauzan Nasrul dan Lukman Sardi mampu
memberikan penampilan singkat yang cukup mencuri perhatian.
Jelas adalah sangat menyegarkan untuk
menyaksikan sebuah sajian komedi yang tidak hanya berpaku pada
pakem-pakem lama yang biasanya selalu tersaji dalam presentasi komedi
Indonesia. Dalam Cinta dalam Kardus, Raditya Dika dan Salman
Aristo berhasil menggarap secara cerdas tema penceritaan yang sebenarnya
telah terlalu sering ditampilkan dalam dunia Raditya Dika sehingga
mampu menjadi sebuah sajian yang tidak hanya berhasil tampil lucu dan
menghibur, namun juga bergerak secara aktif dalam menyentuh sisi
emosional setiap penontonnya. Dukungan kreativitas yang begitu tinggi
dalam penyajian desain produksi, tata musik sekaligus penampilan para
pemeran pendukung juga semakin membuat Cinta dalam Kardus tampil semakin kuat. Unik, cerdas serta tidak melupakan sentuhan sisi emosional, Cinta dalam Kardus adalah sajian komedi terbaik yang pernah hadir di industri film Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar